Jumat, 27 Februari 2015

Biografi Buya Hamka






Buya Hamka lahir pada tahun 1908 di desa kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat. HAMKA sendiri merupakan singkatan dari nama beliau yakni Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Hamka merupakan putra dari Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang juga merupakan ulama di tanah minang, diawali bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padang Panjang pada tahun 1929. Hamka kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958.
Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam politik Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Buya Hamka merupakan sosok otodidak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman, beliau juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Soerjopranoto, Haji Fachrudin, AR Sutan Mansur, dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang andal.
Hamka aktif dalam Muhammadiyah, terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya mengundurkan diri pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.
Beliau juga wartawan, penulis, editor, dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makassar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat, dan Gema Islam. Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar dan antara novel-novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka'bah, dan Merantau ke Deli.
Karya- karya Buya HAMKA sebagai berikut :
  • Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab.
  • Si Sabariah. (1928)
  • Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq),1929.
  • Adat Minangkabau dan agama Islam (1929).
  • Ringkasan tarikh Ummat Islam (1929).
  • Kepentingan melakukan tabligh (1929).
  • Hikmat Isra' dan Mikraj.
  • Arkanul Islam (1932) di Makassar.
  • Laila Majnun (1932) Balai Pustaka.
  • Majallah 'Tentera' (4 nomor) 1932, di Makassar.
  • Majallah Al-Mahdi (9 nomor) 1932 di Makassar.
  • Mati mengandung malu (Salinan Al-Manfaluthi) 1934.
  • Di Bawah Lindungan Ka'bah (1936) Pedoman Masyarakat,Balai Pustaka.
  • Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
  • Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
  • Merantau ke Deli (1940), Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi.
  • Margaretta Gauthier (terjemahan) 1940.
  • Tuan Direktur 1939.
  • Dijemput mamaknya,1939.
  • Keadilan Ilahy 1939.
  • Tashawwuf Modern 1939.
  • Falsafah Hidup 1939.
  • Lembaga Hidup 1940.
  • Lembaga Budi 1940.
  • Majallah 'SEMANGAT ISLAM' (Zaman Jepang 1943).
  • Majallah 'MENARA' (Terbit di Padang Panjang), sesudah revolusi 1946.
  • Negara Islam (1946).
  • Islam dan Demokrasi,1946.
  • Revolusi Pikiran,1946.
  • Revolusi Agama,1946.
  • Adat Minangkabau menghadapi Revolusi,1946.
  • Dibantingkan ombak masyarakat,1946.
  • Didalam Lembah cita-cita,1946.
  • Sesudah naskah Renville,1947.
  • Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret,1947.
  • Menunggu Beduk berbunyi,1949 di Bukittinggi,Sedang Konperansi Meja Bundar.
  • Ayahku,1950 di Jakarta.
  • Mandi Cahaya di Tanah Suci. 1950.
  • Mengembara Dilembah Nyl. 1950.
  • Ditepi Sungai Dajlah. 1950.
  • Kenangan-kenangan hidup 1,autobiografi sejak lahir 1908 sampai pd tahun 1950.
  • Kenangan-kenangan hidup 2.
  • Kenangan-kenangan hidup 3.
  • Kenangan-kenangan hidup 4.
  • Sejarah Ummat Islam Jilid 1,ditulis tahun 1938 diangsur sampai 1950.
  • Sejarah Ummat Islam Jilid 2.
  • Sejarah Ummat Islam Jilid 3.
  • Sejarah Ummat Islam Jilid 4.
  • Pedoman Mubaligh Islam,Cetakan 1 1937 ; Cetakan ke 2 tahun 1950.
  • Pribadi,1950.
  • Agama dan perempuan,1939.
  • Muhammadiyah melalui 3 zaman,1946,di Padang Panjang.
  • 1001 Soal Hidup (Kumpulan karangan dr Pedoman Masyarakat, dibukukan 1950).
  • Pelajaran Agama Islam,1956.
  • Perkembangan Tashawwuf dr abad ke abad,1952.
  • Empat bulan di Amerika,1953 Jilid 1.
  • Empat bulan di Amerika Jilid 2.
  • Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia (Pidato di Kairo 1958), utk Doktor Honoris Causa.
  • Soal jawab 1960, disalin dari karangan-karangan Majalah GEMA ISLAM.
  • Dari Perbendaharaan Lama, 1963 dicetak oleh M. Arbie, Medan; dan 1982 oleh Pustaka Panjimas, Jakarta.
  • Lembaga Hikmat,1953 oleh Bulan Bintang, Jakarta.
  • Islam dan Kebatinan,1972; Bulan Bintang.
  • Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970.
  • Sayid Jamaluddin Al-Afhany 1965, Bulan Bintang.
  • Ekspansi Ideologi (Alghazwul Fikri), 1963, Bulan Bintang.
  • Hak Asasi Manusia dipandang dari segi Islam 1968.
  • Falsafah Ideologi Islam 1950(sekembali dr Mekkah).
  • Keadilan Sosial dalam Islam 1950 (sekembali dr Mekkah).
  • Cita-cita kenegaraan dalam ajaran Islam (Kuliah umum) di Universiti Keristan 1970.
  • Studi Islam 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat.
  • Himpunan Khutbah-khutbah.
  • Urat Tunggang Pancasila.
  • Doa-doa Rasulullah S.A.W,1974.
  • Sejarah Islam di Sumatera.
  • Bohong di Dunia.
  • Muhammadiyah di Minangkabau 1975,(Menyambut Kongres Muhammadiyah di Padang).
  • Pandangan Hidup Muslim,1960.
  • Kedudukan perempuan dalam Islam,1973.

Selasa, 09 Desember 2014

Jenis-Jenis Majas beserta contohnya



Majas


Majas atau kiasan adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan benda lain atau hal lain yang lebih umum.


Majas terdiri atas :
·         Majas Perbandingan
·         Majas Pertentangan
·         Majas Sindiran
·         Majas Penegasan
A. Majas Perbandingan
Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan juga pengaruhnya terhadap pendengar ataupun pembaca. Ditinjau atau dilihat dari cara pengambilan perbandingannya, Majas Perbandingan terbagi atas :

1) Asosiasi atau Perumpamaan
Majas asosiasi atau perumpamaan adalah perbandingan terhadap dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan, seumpama, seperti, dan laksana.

Contoh :
·         Semangatnya keras bagaikan baja.
·         Mukanya pucat bagai mayat.
·         Wajahnya kuning bersinar bagai bulan purnama

2) Metafora
Metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis. 

Contoh:
·         Engkau belahan jantung hatiku sayangku. (sangat penting)
·         Raja siang keluar dari ufuk timur
·         Jonathan adalah bintang kelas dunia.
·         Harta karunku (sangat berharga)
·         Dia dianggap anak emas majikannya.
·         Perpustakaan adalah gudang ilmu.

3) Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia.

Contoh:
      - Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk.
- Ombak berkejar-kejaran ke tepi pantai.
- Peluit wasit menjerit panjang menandai akhir dari pertandingan tersebut.


4) Alegori
Alegori adalah Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.

Contoh:
·         Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi
·         Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.

5) Simbolik
Simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda, binatang, atau tumbuhan sebagai simbol atau lambang.

Contoh:
·         Ia terkenal sebagai buaya darat.
·         Rumah itu hangus dilalap si jago merah.
·         Bunglon, lambang orang yang tak berpendirian
·         Melati, lambang kesucian
·         Teratai, lambang pengabdian

6) Metonimia
Metonimia adalah majas yang menggunakan ciri atau lebel dari sebuah benda untuk menggantikan benda tersebut.

Contoh:
·         Di kantongnya selalu terselib gudang garam. (maksudnya rokok gudang garam)
·         Setiap pagi Ayah selalu menghirup kapal api. (maksudnya kopi kapal api)
·         Ayah pulang dari luar negeri naik garuda (maksudnya pesawat)

7) Sinekdok
Sinekdok adalah majas yang menyebutkan bagian untuk menggantikan benda secara keseluruhan atau sebaliknya. Majas sinekdokhe terdiri atas dua bentuk berikut.
a) Pars pro toto, yaitu menyebutkan sebagian untuk keseluruhan.
    Contoh:
·         Hingga detik ini ia belum kelihatan batang hidungnya.
·         Per kepala mendapat Rp. 300.000.
b) Totem pro parte, yaitu menyebutkan keseluruhan untuk sebagian.
    Contoh:
·         Dalam pertandingan final bulu tangkis Rt.03 melawan Rt. 07.
·         Indonesia akan memilih idolanya malam nanti.

8) Simile
Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai".

Contoh: 
·         Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.

B. Majas Pertentangan 
Majas Pertentangan adalah “Kata-kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan yang dimaksudkan sebenarnya oleh pembicara atau penulis dengan maksud untuk memperhebat atau meningkatkan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar”. Macam-macam Majas Pertentangan dibedakan menjadi berikut.

1) Antitesis
Antitesis adalah majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawanan artinya.

Contoh:
·         Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival itu.
·         Miskin kaya, cantik buruk sama saja di mata Tuhan.

2) Paradoks
Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan antara pernyataan dan fakta yang ada.

Contoh;
·         Aku merasa sendirian di tengah kota Jakarta yang ramai ini.
·         Hatiku merintih di tengah hingar bingar pesta yang sedang berlangsung ini.
3) Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari kenyataannya dengan maksud memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian.

Contoh:
·         Suaranya menggelegar membelah angkasa.
·         Tubuhnya tinggal kulit pembalut tulang.

4) Litotes
Litotes adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan cara yang berlawanan dari kenyataannya dengan mengecilkan atau menguranginya. Tujuannya untuk merendahkan diri.

Contoh:
·         Makanlah seadanya hanya dengan nasi dan air putih saja.
·         Mengapa kamu bertanya pada orang yang bodoh seperti saya ini?

C. Majas Penegasan
Majas Penegasanan ialah kata-kata berkias yang menyatakan penegasan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”.Majas penegasan terdiri atas :

1) Pleonasme
Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud menegaskan arti suatu kata.

Contoh:
·         Semua siswa yang di atas agar segera turun ke bawah.
·         Mereka mendongak ke atas menyaksikan pertunjukan pesawat tempur.

2) Repetisi
Repetisi adalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan.

Contoh:
·         Dialah yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharap.
·         Marilah kita sambut pahlawan kita, marilah kita sambut idola kita, marilah kita sambut putra bangsa.

3) Paralelisme
Paralelisme adalah majas perulangan yang biasanya ada di dalam puisi.
Contoh:
·         Cinta adalah pengertian
·         Cinta adalah kesetiaan
·         Cinta adalah rela berkorban

4) Tautologi
Tautologi adalah majas penegasan dengan mengulang beberapa kali sebuah kata dalam sebuah kalimat dengan maksud menegaskan. Kadang pengulangan itu menggunakan kata bersinonim.

Contoh:
·         Bukan, bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin bertukar pikiran saja.
·         Seharusnya sebagai sahabat kita hidup rukun, akur, dan bersaudara.

5) Klimaks
Klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal secara berturut-turut dan makin lama makin meningkat.

Contoh:
·         Semua pihak mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang tua pun mengikuti lomba Agustusan.
·         Ketua RT, RW, Kepala Desa, Gubernur, bahkan Presiden sekalipun tidak mempunyai berhak untuk mengurusi hal pribadi seseorang.

6) Antiklimaks
Antiklimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal secara berturut-turut yang makin lama semakin menurun.

Contoh :
·         Kepala sekolah, guru, staff sekolah, dan siswa juga hadir dalam pesta perayaan kelulusan itu.
·         Di kota dan desa hingga pelosok kampung semua orang merayakan HUT RI ke -62.

7) Retorik
Retorik adalah majas yang berupa kalimat tanya namun tak memerlukan jawaban. Tujuannya memberikan penegasan, sindiran, atau menggugah.

Contoh:
·         Kata siapa cita-cita bisa didapat cukup dengan sekolah formal saja?
·         Apakah ini orang yang selama ini kamu bangga-banggakan ?

D. Majas Sindiran
Majas sindiran ialah kata-kata berkias yang menyatakan sindiran untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”. Majas sindirian dibagi menjadi:

1) Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan hal yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir seseorang.

Contoh:
·         Ini baru namana siswa teladan, setiap hari selalu pulang malam.
·         Bagus sekali tulisanmu, saking bagusnya sampai tidak dapat Aku baca.

2) Sinisme
Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung kepada orang lain

Contoh :
·         Perkataanmu tadi sangat menyebalkan, tidak pantas diucapkan oleh orang terpelajar seperti dirimu.
·         Lama-lama aku bisa jadi gila melihat tingkah lakumu yang tidak wajar itu.

3) Sarkasme
Sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar. Majas ini biasanya diucapkan oleh orang yang sedang marah.

Contoh:
·         Mau muntah aku melihat wajahmu, pergi kamu!
·         Dasar kerbau dungu, kerja begini saja tidak becus!